Jumat, 01 Januari 2010

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

ANALISIS PARASETAMOL DALAM CAIRAN HAYATI

A. Tujuan

1. Dapat memahami langkah-langkah analisa parasetamol dalam cairan hayati.

2. Dapat melakukan analisa parasetamol dalam cairan hayati.

B. Dasar Teori

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan / atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva atau cairan tubuh lainnya).

Oleh karena itu agar nilai-nilai parameter kinetik obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi berbagai kriteria yaitu meliputi perolehan kembali (recovery), presisi dan akurasi.

Persyaratan yang dituntut bagi suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari 10% (Pasha dkk, 1986).

Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya tergantung pula dari alat pengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah-langkah yang perlu dikerjakan untuk optimalisasi analisis meliputi:

1. Penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi warna).

2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan maksimum (parasetamol).

3. Pembuatan kurva baku (parasetamol).

4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistematik.

Parasetamol

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin.

N-acetyl-para-aminofenol (parasetamol):

Struktur kimia parasetamol.

Farmakokinetika

Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma, dan dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

  1. Alat dan Bahan

Alat:

    1. Neraca analitik
    2. Beker glass
    3. Pipet tetes
    4. Gelas ukur
    5. Spet dan jarum suntik
    6. Tabung sentrifus
    7. Labu ukur
    8. Tabung reaksi
    9. Vortex
    10. Sentrifuge
    11. Spektrofotometer

Bahan:

1. Larutan parasetamol : A. Konsentrasi 0,5 mg/ml

B. Konsentrasi 1 mg/ml

2. Larutan HCl 6 N

3. Larutan NaNO2 10%

4. Larutan NaOH 10%

5. Larutan TCA 10%

6. Darah Manusia

  1. Prosedur Kerja

A. Prosedur Penetapan Kadar

    1. Larutan parasetamol dalam air suling dibuat dengan konsentrasi 0,5 mg/ml ( larutan A) dan 1 mg/ml (larutan B) masing-masing dibuat 5 ml.
    2. Satu seri larutan parasetamol dalam darah (1 ml) dibuat dengan kadar: 50, 100, 150, dan 200 µg/ml menggunakan larutan parasetamol 0,5 mg/ml; kadar 300 dan 400 µg/ml menggunakan larutan parasetamol 1 mg/ml dimasukkan dalam tabung ependrof, yang kemudian divortex.

1 ml darah + 0,1 ml larutan parasetamol (larutan A, 50 ppm)

1 ml darah + 0,2 ml larutan parasetamol (larutan A, 100 ppm)

1 ml darah + 0,3 ml larutan parasetamol (larutan A, 150 ppm)

1 ml darah + 0,4 ml larutan parasetamol (larutan A, 200 ppm)

1 ml darah + 0,3 ml larutan parasetamol (larutan B, 300 ppm)

1 ml darah + 0,4 ml larutan parasetamol (larutan B, 400 ppm)

3. Tiap-tiap kadar diambil 0,1 ml dan dimasukkan ke dalam ependrof lain yang telah berisi 0,9 ml air.

4. Larutan TCA 10 % ditambahkan sebanyak 0,5 ml, didiamkan selama 10 menit dan disentrifus selama 5 menit menggunakan kecepatan 2000 rpm.

5. Semua supernatan diambil dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi.

6. Ditambahkan HCl 6 N sebanyak 0,5 ml dan NaNO2 10 % sebanyak 1 ml, dicampur baik-baik dan didiamkan selama 5 menit.

7. Kemudian dengan hati-hati ditambahkan NaOH 10 % sebanyak 2,5 ml dan didiamkan selama 3 menit.

8. Intensitas warna dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 435 nm.

E. Data Hasil Pengamatan

Panjang gelombang maksimum = 435 nm

Konsentrasi

Absorbansi

0

0

50

0,0328

100

0,0779

150

0,1437

200

0,1773

300

0,1400

400

0,1661

* Keterangan: Lebih jelasnya ada pada lampiran.

Data ke-6 dan ke-7 dihilangkan.

Perhitungan:

Jika data ke-6 dan ke-7 dihilangkan, maka regresinya menjadi:

a= -6,76 x 10-3

b= 9,31 x 10-4

r= 0,99344

Jadi, C1:

0,0328 = -6,76 x 10-3 + 9,31 x 10-4 * x

x = 0,0328 – (-6,76 x 10-3)

9,31 x 10-4

= 42,4919.

C2:

x = 0,0779 – (-6,76 x 10-3)

9,31 x 10-4

= 90,9345.

C3:

x = 0,1437 – (-6,76 x 10-3)

9,31 x 10-4

= 161,6112.

C4:

x = 0,1773 – (-6,76 x 10-3)

9,31 x 10-4

= 197,7014.

Perolehan kembali:

% P = kadar terukur x 100%

kadar diketahui

= 42,4919 x 100%

50

= 84,98%

% P = kadar terukur x 100%

kadar diketahui

= 90,9345 x 100%

100

= 90,93%

% P = kadar terukur x 100%

kadar diketahui

= 161,6112 x 100%

150

= 107,74%

% P = kadar terukur x 100%

kadar diketahui

= 197,7014 x 100%

200

= 98,85%

Kesalahan Sistematik:

Kesalahan sistematik = 100 - % P

= 100 – 84,98%

= 15,02%

Kesalahan sistematik = 100 – 90,93%

= 9,07%

Kesalahan sistematik = 100 – 107,74%

= 7,74%

Kesalahan sistematik = 100 – 98,85%

= 1,15%

Kesalahan Acak:

Kesalahan acak = simpangan baku x 100%

harga rata-rata

Harga rata-rata = 42,4919 + 90,9345 + 161,6112 + 197,7014

4

= 123,18475

Simpangan baku (σ2) = (-80,69)2 + (-32,25)2 + (38,43)2 + (74,52)2

4

= 14.581,034

4

= 3645,26

Jadi σ = √3645,26

= 60,38

Sehingga kesalahan acak adalah = 60,38 x 100%

123,185

= 49,016%

F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji analisis parasetamol dalam cairan hayati. Menggunakan larutan parasetamol dengan konsentrasi larutan induk 0,5 mg/ml dan 1 mg/ml. Dan dibuat pula satu seri konsentrasi larutan parasetamol dalam darah 50, 100, 150, 200 ppm dari konsentrasi larutan induk 0,5 mg/ml dan 300, 400 ppm dari konsentrasi larutan induk 1 mg/ml.

Konsentrasi yang telah dibuat dicampur dengan 1 ml darah dan divortex agar dapat bercampur secara merata dan terbentuk ikatan antara obat dengan protein plasma. Kemudian diambil 0,1 ml dari tiap-tiap kadar dan diencerkan dengan 0,9 ml air. Pengenceran ini diasumsikan sebagai pengenceran yang terjadi karena proses masuknya makanan dan minuman ke dalam tubuh. Setelah pengenceran, perlu ditambahkan dengan antikoagulan, yaitu TCA. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi. TCA berfungsi untuk mengendapkan protein dalam plasma darah, sehingga yang tersisa dibagian atas atau yang dikenal dengan supernatan hanyalah ikat obat dengan plasma.

Supernatan yang diperoleh dari hasil proses sentrifus dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan HCl 6N sebanyak 0,5 ml dan NaNO2 10% sebanyak 1 ml. Kemudian didiamkan selama 5 menit dan setelah itu ditambahkan NaOH 10% sebanyak 2,5 ml, lalu didiamkan selama 3 menit. Penambahan NaOH bertujuan untuk penetralan. Reaksi yang terjadi adalah:

HCl (aq) + NaNO2 (aq) ® HNO2 (aq) + NaCl (aq)

2 HNO2 (aq) ® 2 H+ (aq) + 2 NO2 (g)

Reaksi penetralan:

2 H+ (aq) + NaOH (aq) ® Na+ (aq) + H2O (l)

Setelah perlakuan di atas, sampel diambil untuk diukur serapannya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang maksimum 435 nm. Pada grafik yang diperoleh, dapat dilihat bahwa kurva terus menaik hingga konsentrasi 200 ppm, tetapi pada konsentrasi 300 dan 400 ppm kurvanya menurun kembali, sehingga data ini dihilangkan.

Hasil yang kami dapatkan adalah terjadi penurunan absorbansi pada konsentrasi 300 dan 400 ppm, yang seharusnya linear (semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula absorbansinya/sebanding). Hal ini kemungkinan dikarenakan konsentrasi larutan induk yang berbeda (0,5 dan 1 mg/ml). Sedangkan regresi yang kami dapatkan adalah: r = 0,827751; a = 3,568 x 10-2; dan b = 4,0634 x 10-4. Tetapi, apabila data yang ke-6 dan ke-7 dihilangkan lalu dicari regresinya kembali, maka nilai regresinya menjadi a= -6,76 x 10-3; b= 9,31 x 10-4; dan r= 0,99344. Dilihat dari kelinearannya dan nilai kepercayaan yang besar, maka kami menggunakan nilai regresi ini dalam perhitungan selanjutnya.

Dari hasil perhitungan yang diperoleh, didapatkan bahwa konsentrasi yang terukur mendekati konsentrasi yang diketahui, sehingga didapatkan % perolehan kembali/recovery yang besar (mendekati 100%).

G. Kesimpulan

Dari berbagai hasil yang kami dapatkan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

v Langkah-langkah analisis parasetamol dalam cairan hayati:

1. Dibuat satu seri larutan parasetamol dalam darah yang di vortex, setelah itu dilakukan pengenceran sekaligus ditambahkan TCA. Kemudian di sentrifus.

2. Supernatan diambil dan ditambahkan HCl dan NaNO2, didiamkan 5 menit. Baru kemudian ditambahkan NaOH.

3. Diukur serapannya pada spektrofotometer.

4. Dihitung konsentrasi terukur sesuai dengan absorbansi dan dihitung pula nilai perolehan kembali, kesalahan sistematika, dan kesalahan acaknya.


DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen FKUI. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta: Gaya Baru.

Walpole, R.E. Pengantar Statistika.

Azrifitria, dkk. 2007. Modul Praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

http://www.wikipedia.org.id

2 komentar:

  1. Maaf numpang tnya,tu pada dasar teori, author pasha tu judul buku apa ya.thanks...^^

    BalasHapus
  2. Our capacity to provide pharmaceutical discovery services across the entire spectrum of the drug discovery process has assisted many of our esteemed clients in reaching their R&D goals. 8-Hydroxy-3,5,6,7,3\',4\'-hexamethoxyflavone

    BalasHapus